The Secret of Transforming Behavior: Rahasia Memenangkan Tantangan dan Lentur Menghadapi Perubahan

28 Dec 2016 16:23 5983 Hits 0 Comments Approved by Brain Gain
Perubahan adalah sebuah keniscayaan, segala sesuatu di dunia ini berubah kecuali perubahan itu sendiri

Lima prinsip Transformasi Perilaku adalah sebagai berikut:

2.1 Kondisi Emosi Yang Tepat

Memiliki kondisi emosi yang tepat artinya meninggalkan ketakutan, kecemasan, perasaan tidak mampu, keyakinan yang tidak memberdayakan, prasangka dan lain-lain. Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk menyelesaikan ini. Dalam buku The Secret of Self Improvement anda dapat menemukan kisah lengkap bagaimana trauma menjadi saksi pembunuhan yang dibawa puluhan tahun sepanjang hidup bisa diselesaikan hanya dalam hitungan jam. Di kelas-kelas training kami juga telah banyak kasus-kasus hambatan emosi diselesaikan dalam hitungan menit. Asal mau dan tahu caranya, masalah emosi dapat diselesaikan dengan mudah. Selain menyelesaikan emosi yang tidak memberdayakan, individu perlu menanamkan keyakinan dan kondisi emosi yang tepat untuk menghadapi perubahan. Kondisi emosi yang biasanya paling diperlukan adalah rasa berdaya karena pada hakikatnya Tuhan tidak pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan setiap individu, rasa bersyukur, self-motivated, dan lain-lain.

Setiap pencapaian yang baik sesungguhnya bisa diproduksi ulang, asalkan kondisi yang menyertainya dapat dimunculkan kembali. Kondisi emosi yang diasosiasikan dengan peristiwa tertentu disebut Anchor. Anchor bisa jadi sangat bermanfaat jika ia berasosiasi dengan kondisi emosi yang memberdayakan seperti:

  • Setiap kali mendengar lagu “We are the champions”, saya ingat ketika saya juara karate, seketika muncul rasa percaya diri.
  • Setiap kali menghirup aroma rumput yang baru dipotong, saya teringat pukulan golf terbaik saya, sehingga saya selalu menang di aroma lapangan golf-nya seperti itu.

Anchors yang memberdayakan bisa dibuat dengan sengaja, asalkan tahu bagaimana cara pikiran bekerja.

2.2  Fokus Pada Tujuan

Meskipun setiap orang punya keinginan tetapi tidak semua bisa mendefinisikan dengan jelas hasil apa yang diinginkan. Hidup dan beraktifitas tanpa tujuan yang terdefinisikan dengan jelas, ibarat menyewa taksi tetapi tidak tahu alamat yang hendak dituju, sudahlah lelah dan menghabiskan waktu karena berputar-putar, bahkan mungkin tersesat, mahal pula ongkos yang harus anda bayarkan.

Banyak orang terpaku pada problem yaitu ingin menghilangkan hal-hal yang tidak diinginkannya bukan pada hasil yang diinginkannya. Melabuhkan diri pada masalah-masalah dan keinginan untuk lepas dari masalah tetapi tidak menggerakkan perilaku pada tujuan yang sesungguhnya. Tujuan haruslah mempunyai definisi operasional yang jelas lengkap dengan hasil yang diinginkan (well-formed) sehingga tidak kabur akan makna. Ada empat syarat mendefinisikan tujuan yang menggerakkan pada perilaku yaitu :

1.Terdefinisi dengan spesifik dan terukur dalam bentuk sebuah perilaku yang dapat ditangkap oleh indera anda sendiri.

  • “Saya ingin menjadi orang baik”.

Definisi “baik” tidak spesifik, kompleks dan tergantung interpretasi

  • “Mulai hari ini saya akan menyisihkan seratus ribu rupiah setiap hari untuk sedekah dan tersenyum setiap kali mengucapkan salam.”

Definisi ini spesifik dan dapat ditangkap oleh indera.

2.Anda sendiri pelakunya dan bukan tergantung pada perilaku orang lain

  • “Saya ingin pimpinan saya menghargai hasil kerja saya.”

Ini contoh tujuan yang pencapaiannya tergantung pada perilaku orang lain. 

  • “Saya ingin anak saya rajin belajar.”

Selain tergantung pada perilaku orang lain, tujuan ini juga tidak spesifik mendefinisikan belajar.

  • “Saya perlu untuk menyelesaikan tugas saya tepat pada waktu yang telah ditentukan dengan nilai penjualan 10% lebih tinggi dari bulan lalu.” 

Tujuan dengan model seperti ini bertumpu pada diri sendiri sebagi pelakuya

  • “Setiap pukul 3.00 sore saya akan menyisihkan waktu 1 jam untuk mendampingi anak-anak mengerjakan PR dengan wajah ceria dan suasana yang menyenangkan.” Dengan mengubah perilaku anda, anda mempunyai harapan bahwa anak-anak kemudian menjadi lebih rajin mengerjakan PR. Apakah pasti berhasil? Tentu saja tidak, tetapi setidaknya anda tahu bahwa cara ini tidak efektif dan anda perlu mencari cara lain.
  1. Berbentuk kalimat positif yang memberi arah kepada tujuan. Kalimat negatif tidak dengan jelas memberikan arah. Contohnya jika anda dilarang menghadap utara, maka ada kemungkinan anda menghadap ke selatan, timur atau barat. Sangat berbeda efeknya jika anda langsung diminta menghadap ke barat. Akan lebih mudah lagi jika dilanjutkan dengan menentukan perilaku lain sebagai penggantinya jika tujuan yang diinginkan adalah menghentikan perilaku tertentu
  • Saya tidak ingin gemuk
  • Saya ingin menurunkan berat badan 3 kg dalam satu bulan
  • Saya ingin berhenti minum kopi dan mengganti kebiasaan ini dengan minum jus buah segar agar lebih sehat.

4.Selaras. 

a.Selaras dengan nilai-nilai yang lebih tinggi yang sudah ada sebelumnya dan tetap menjaga manfaat-manfaat yang sudah ada.

  • “Saya akan bekerja siang dan malam agar bisa menjadi direktur dalam waktu 2 bulan.”

Tujuan ini tampaknya sudah memenuhi kaidah 1 sampai dengan 3, tetapi sebagai seorang ayah/ibu dan suami/istri, hati kecil anda akan menolak dan menghambat sendiri tercapainya tujuan ini

b.Selaras dengan sekitarnya, artinya tidak merugikan orang lain dan lingkungan karena manusia hidup ditopang oleh sistem. Tujuan yang tidak selaras dengan sekitarnya akan mendapatkan hambatan dan menjadi bumerang.

c.Selaras dengan tujuan penciptaan manusia, adalah keselarasan yang tidak semua orang mampu mewujudkannya tetapi dampaknya luar biasa. Tujuan yang selarasa dengan tujuan untuk taat dan tunduk melakukan apa-apa yang dicintai dan diridhoiNya. Tujuan yang tidak selaras dengan tujuan penciptaan manusia, mungkin saja akan tercapai di dunia, tetapi tidak menenangkan di dunia sekaligus merugikan di hari pembalasan kelak.

  • “Saya ingin menjadi kepala daerah pada pemilu yang akan datang, saya akan memulainya dengan membangun relasi yang baik dengan para petinggi partai, saya sudah siapkan seluruh simpanan saya untuk menyuap mereka semua nilainya masing-masingg 20 milyar dan saya akan bunuh dengan tangan saya sendiri setiap orang yang menghalangi saya.”

Outcome ini jelas memenuhi kaidah 1 sampai dengan 3. Apakah bisa berhasil? Bisa. Apakah menenangkan? Mungkin iya mungkin tidak tergantung dari nilai-nilai dan value orang ini. Apakah ini akan bermanfaat di hari pembalasan kelak? Pasti tidak, jika anda percaya Tuhan.

 

Gambar-4. Well-Formed Outcome

2.3 Rapport/Membangun Kedekatan

Prinsip Transformasi Perilaku yang ketika ini bermanfaat untuk membangun komunikasi dengan pihak-pihak terkait (stakeholders) termasuk komunikasi dengan diri sendiri. Mengapa membangin kedekatan dengan diri sendiri penting? Karena yang paling sering menghambat perubahan seseorang adalah self-talk-nya sendiri. Berbagai penelitian diantaranya penelitan Elaine Hatfield (1993), McColl-Kennedy and Smith (2006) dan seperti yang ditulis Richard Bandler dalam bukunya The Ultimate Introduction of NLP (2012), kondisi emosi atau lebih umum disebut mood seseorang akan mempengaruhi orang lain yang berinteraksi dengannya.

Dari keseluruhan teknik rapport, rapport terbaik adalah kepercayaan. Apakah komunikator orang yang pantas dipercaya dan didengarkan melalui perilaku yang terlihat, terdengar dan terasa. Secanggih apapun teknik rapport anda jika informasi yang disampaikan kemudian “terkhianati” di akhirnya, maka selesailah sudah riwayat komunikasi anda. Ibarat menjual sebuah produk buruk dengan teknik komunikasi canggih yang kemudian membuat konsumen membeli produk anda, namun akhirnya konsumen menemukan bahwa produk tersebut buruk kualitasnya dan tidak sesuai dengan “janji-janji” sang penjual, maka komsumen tidak hanya berhenti pada tidak membeli lagi, tetapi sekaligus menobatkan sang penjual sebagai penipu.

2.4. Ketajaman Indera

Ketajaman indera diperlukan untuk melakukan kalibrasi apakah setiap tindakan yang diambil mendekati atau justru menjauhkan dari tujuan. Kemampuan mengamati tanda-tanda pada diri sendiri, respon orang lain, perubahan lingkungan adalah sebuah kesatuan utuh dalam ketajaman indera. Ibarat pemain bola, kemampuan memahami kualitas diri dan peripheral vision seorang pemain bola sangat diperlukan untuk mengetahui saat yang tepat untuk memindahkan bola, arah menendang, ketepatan waktu goal dan keputusan-keputusan lain dalam waktu yang terbatas.

2.5 Fleksibel Dalam Bertindak

Seperti yang dikatakan Thomas A. Edison, “"I have not failed. I've just found 10000 ways that won't work to make a light bulb”, adalah sebuah kalimat yang mewakili prinsip ini. Sesungguhnya selama seseorang masih hidup, tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada adalah umpan balik bahwa cara yang dilakukan ini perlu diubah untuk mendapatkan hasil yang berbeda. Kemampuan seseorang untuk fleksibel untuk menggunakan berbagai cara yang berbeda untuk mencapai sebuah tujuan secara konsisten.  Fleksibel juga meliputi kemampuan melakukan mitigasi ketika ada kondisi-kondisi yang tidak terduga. Beberapa orang di luar sana seringkali keliru dalam memaknai konsisten. Konsisten diartikan sebagai mencapai tujuan dengan satu cara yang terus-menerus, meskipun tidak memberikan hasil tetapi tetap bersikukuh menggunakan cara yang itu-itu saja. Padahal Albert Einstein pernah mengatakan dalam quote-nya yang terkenal “"Insanity: doing the same thing over and over again and expecting different results.”

3. PENUTUP

Kini kunci memenangkan tantangan dan lentur dalam menghadapi perubahan telah berada di tangan Anda. Perubahan bukanlah hal yang perlu ditakuti karena seringkali justru dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan. Oleh karena itu perubahan perlu disikapi dengan kesadaran penuh dan strategi optiman.

Selamat bertransformasi menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat untuk diri untuk bangsa, untuk dunia, untuk kehidupan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bandler, Richard. Roberti, Alessio and Firtzpatrick, Owen (2012). The Ultimate Introduction to NLP. HarpersCollins Publishers. London.

Bolstad,  Richard (2002) Resolve: A new model of therapy. Crown House Publishing. Carmarthen, UK.

DM Davydov, R Stewart, K Ritchie, I Chaudieu, (2010) Resilience and Mental Health, Clinical Psychology Review 30 (5), 479-495

Fitriani, Okina. Dkk (2014). The Secret of Self Improvement, Detox Hati dan Pikiran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Ghazali, M. Yusni Amru dkk (2012). Ensiklopedia Al­Qur’an dan Hadis Per Tema. Alita Aksara Media. Jakarta

 

 

Tags

About The Author

Okina Fitriani 15
Pensil

Okina Fitriani

Psikolog dan Master di bidang Human Resources. Mendalami bidang Psikologi Industri dan Perkembangan, Neuro­Linguistic Programming, Brain Development dan Leadership. Setelah hampir 10 tahun berkarier diperusahaan minyak terbesar di Indonesia, kini aktif menjadi konsultan dan pembicara dalam seminar di bidang Organization Development, Parenting, Komunikasi, dan Leadership
Brain Gain adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Okina Fitriani

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login