2. BERINTERAKSI DENGAN BURUH MIGRAN INDONESIA
Proses pengembangan bisnis retail MVNO di Malaysia dengan produk KartuAS2in1 yang mensasar target market utama Buruh Migran Indonesia, membuat saya lebih intens dan masuk ke dalam kehidupan keseharian para Buruh Migran Indonesia di Malaysia. Yang selama ini gambaran kehidupan dan perilaku kehidupan para Tenaga Kerja Indonesia hanya saya dapatkan dari data, informasi dan literature di atas kertas kini menjadi terpapar langsung dihadapan saya.
Buruh Migran Indonesia di Malaysia tersebar di sektor konstruksi, perkebunan, pabrik, jasa dan pramuwisma. Dengan populasi yang besar buruh migran Indonesia ini memberikan kontribusi besar terhadap nilai transaksi remitansi dari Malaysia ke Indonesia, menggunakan banyak sekali jasa telekomunikasi melalui percakapan internasionalnya serta memiliki semangat dan daya juang sangat tinggi untuk mendapatkan keberhasilan selama bekerja di Malaysia untuk selanjutnya mereka akan mengirim atau bawa kembali hasil kerjanya ke kampung halaman di Indonesia. Transaksi remitansi dan konsumsi jasa telekomunikasi Buruh Migran Indonesia yang besar ternyata juga menjadi target para operator jasa remitansi dan operator jasa telekomunikasi lokal di Malaysia. Para operator jasa tersebut berlomba-lomba untuk memberikan layanan yang murah dan menarik bagi para Buruh Migran Indonesia. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Telin Malaysia untuk dapat memenangkan hati para Buruh Migran Indonesia untuk menggunakan Produk KartuAS2in1. Berbagai macam cara menarik dan memenangkan hati Buruh Migran Indonesia dilakukan oleh para operator jasa itu, mulai dengan memberikan penawaran harga jasa yang sangat murah, membuat konser musik Indonesia hingga memberikan sponsorship penyelenggaraan kegiatan komunitas Buruh Migran Indonesia. Para penyelenggara jasa di Malaysia tidak segan-segan juga melakukan rekruitisasi karyawan asal Indonesia untuk dapat mendekati dan membujuk para Buruh Migran Indonesia tersebut.
Kembali kepada hakekat terbentuknya Telin Malaysia yang membawa marwah sebagai BUMN Indonesia selain sebagai profit center juga sebagai agent of development, Telin Malaysia memposisikan keberadaannya di Malaysia juga sebagai profit oriented entity dan juga sebagai pengayom kemaslahatan Warga Negara Indonesia (WNI) di Malaysia. Oleh sebab itu, dapat dilihat bahwa pendekatan usaha Telin Malaysia sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi dalam melakukan pendekatan kepada target market Buruh Migran Indonesia lebih condong kepada kegiatan pendidikan, penyuluhan kesehatan, dakwah, sosialisasi hukum / adminstrasi keimigrasian, pengembangan budaya / kesenian, olah raga dan pembinaan kewirausahaan. Memang menjadi sangat berbeda pendekatannya dengan operator jasa telekomunikasi lainnya yang cenderung melakukan pendekatan kepada target marketnya dengan cara-cara sponsorship event, konser-konser musik dan pemberian gimmick-gimmick hadiah. Pendekatan bisnis Telin Malaysia ini diharapkan dapat lebih memberikan efek mutual benefit dan efek jangka panjang bagi pelanggan yang mayoritas adalah Buruh Migran Indonesia. Buruh Migran Indonesia seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa mereka memiliki semangat dan daya juang sangat tinggi untuk mendapatkan keberhasilan di Malaysia, ternyata benar-benar mengoptimalkan waktu mereka di Malaysia dengan banyak belajar dan mempersiapkan masa depannya bila suatu saat nanti kembali ke Indonesia.
Sejak awal kehadirannya, Telin Malaysia telah menjadi saksi dan memberikan support kegiatan Edukasi Untuk Bangsa (EUB) yaitu, kegiatan sukarela dari para ekspatriat Indonesia dan Pelajar Indonesia di Malaysia memberikan kursus bahasa Ingris, Komputer dan Kewirausahaan kepada Buruh Migran Indonesia di Malaysia. Sampai dengan Angkatan-10 yang baru di luncurkan bulan Agustus 2016 yang lalu, kegiatan Edukasi Untuk Bangsa ini telah terbukti dapat meningkatkan harkat, kemandirian dan kepercayaan diri para Buruh Migran Indonesia. Apresiasi sudah bermunculan dari para pemberi kerja karena pekerjanya menjadi lebih lancar berkomunikasi dalam bahasa Inggris, dapat menggunakan komputer lebih baik, bahkan beberapa Buruh Migran Indonesia lulusan EUB sudah ada yang menjadi Mahasiswa Universitas Terbuka Malaysia. Mendukung kegiatan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI di Kuala Lumpur, Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) di Penang dan Johor dengan bekerjasama dengan beberapa pengusaha Indonesia di Malaysia seperti MS Cargo, BRI, BNI dan Bank Mandiri dalam menyelenggarakan beberapa penyuluhan terkait hukum dan prosedur keimigrasian kepada para buruh migran di Malaysia juga mendapat respon positif. Telin melakukan kegiatan dakwah dan safari Ramadhan di lokasi-lokasi Buruh Migran Indonesia di Penang, Ipoh, Selangor, Kuala Lumpur, Melaka dan Johor bersama beberapa perusahaan dan pengusaha Indonesia di Malaysia seperti MS-Cargo, IME-Ria, BRI dan BNI.
Bersama Kementerian Pariwisata Indonesia dan Visit Indonesia Tourism Office (VITO) di Malaysia, Telin turut mempromosikan Program Wonderful Indonesia di Malaysia dengan menerbitkan simcard khusus Wonderful Indonesia yang ditujukan bagi para wisatawan dari Malaysia yang akan ke Indonesia dan juga mendukung beberapa kegiatan kesenian dan budaya Indonesia di Malaysia. Selanjutnya inisiatif terbaru bersama EUB dan Indonesia Trade Association (ITA) adalah menyelenggarakan kursus kewirausahaan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempersiapkan Buruh Migran Indonesia untuk menjadi wirausahawan ketika kembali ke Indonesia. Dalam mendukung kursus kewirausahaan, Telin Malaysia membuka kesempatan bagi para buruh migran untuk dapat menjadi agen penjual KartuAS2in1 dengan memberikan modal start up untuk berlatih berwirausaha. Diharapkan setelah kembali ke Indonesia nanti juga dapat membuka kios penjualan handphone, simcard dan voucher di Indonesia. Insiatif terbaru ini akan terus dikembangkan oleh Telin Malaysia dengan mengarahkan kepada pendekatan Kewirausahaan Digital (Digital Enterpreneurship) yang sangat berpotensi menjadi sebuah profesi yang dapat menjadi tumpuan ekonomi keluarga dan menguntungkan di masa depan.
3. WIRAUSAHA DIGITAL
Revolusi digitalisasi bisnis dimulai saat ditemukannya teknologi komputer pada tahun 1950-an dan semakin berkembang dengan pesatnya teknologi telekomunikasi dan internet pada tahun 1990-an. Konvergensi teknologi komputer dan telekomunikasi pada tahun 2000-an yang ditandai dengan meningkatnya processing power dari komputer berukuran kecil serta mulai dikomersialisasikannya mobile broadband semakin merubah cara-cara dunia usaha menjalankan bisnisnya. Bisnis menjadi semakin mudah, cepat, borderless dan berjangkauan sangat luas lepas dari batas-batas bangsa dan negara. Bisnis tidak lagi berbentuk vertikal (hulu-hilir) dan horizontal (rantai-nilai/value chain), tetapi lebih mengarah pada konsep ekosistem yang ditandai dengan kebutuhan akan platform, multi purpose product, cooperation, user involvement (co-creation) dan sharing economy. Hal-hal tersebut di atas membuat bisnis atau usaha yang dilakukan semakin disruptive dan mengancam kelangsungan bisnis konvensional. Ancaman bisnis digital atau on-line terhadap bisnis konvensional sudah terjadi di berbagai sektor dan akan terus akan terjadi sejalan dengan perubahan gaya hidup (life sytle) yang lebih mengedepankan kemudahan, kenyamanan dan mobile.
'Disruption Model' from the report: 'Future Trends - A Seismic Shift Underway'http://bit.ly/1RpAjmO
Kenichi Ohmae dalam bukunya The Borderless World : Power and Srategy In The Interlink Economy (1990), meramalkan bahwa dalam borderless world akan terbuka banyak sekali lapangan kerja dalam bidang jasa dan nilai tambah disemua sektor usaha. Kini dapat kita lihat bahwa ramalan tersebut sudah menjadi kenyataan. Kita semua sudah menyaksikan bagaimana GOJEK, GRAB dan TAXI UBER yang sudah menjadi fenomena. ALI BABA, AGODA, AMAZON dan Facebook sudah menjadi fenomena yang membuat dunia usaha terkaget-kaget dengan valuasi nilai perusahaannya, walaupun apabila ditelisik lebih dalam mereka tidak memiliki asset significant terhadap usaha yang mereka jalankan. GOJEK bisnis jasa ojek tanpa asset sepeda motor, GRAB dan TAXI UBER bisnis jasa taxi tanpa asset mobil, ALI BABA bisnis jasa toko on-line tanpa asset bangunan toko, gudang dan jasa pengiriman barang, AGODA bisnis jasa hotel tanpa asset hotel dan Facebook bisnis jasa konten tanpa asset konten. Dan hal tersebut semua dapat terjadi ketika mereka semua dapat memanfaatkan teknologi informasi, keberadaan komunitas digital (digital society) dan komunikasi bisnis atau marketing secara tepat yang sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar dan konsumer.
Kunci dari semua ke suksesan mereka ternyata intinya ada pada kemampuan Kewirausahaan Digital (Digital Entrepreneurship) yang dapat mengkolaborasikan teknologi informasi dan identifikasi peluang terhadap kebutuhan pasar yang tepat. Selanjutnya, dalam rangka pemberdayaan Buruh Migran Indonesia di Malaysia untuk menjalankan Kewirausahaan Digital, diperlukankan kolaborasi dari pihak-pihak terkait untuk melakukan pengembangan ekosistem kewirausahaan digital.
Ada 3 hal yang perlu menjadi fokus utama dalam pengembangan ekosistem kewirausahaan digital bagi para Buruh Migran Indonesia.
Pertama, diperlukan pengembangan kompetensi untuk mempersiapkan sumber daya manusia wirausahawan digital (digital entrepreneur) yang handal dan inovatif melalui pengembangan kemampuan observasi, kreasi dan eksekusi bisnis. Keberadaan EUB di Malaysia akan sangat penting dan dapat menjadi fondasi pengembangan wirausaha digital, mengingat keterampilan berbahasa Inggris, pengetahuan pengoperasian komputer sangat penting dalam implementasi wirausaha digital.
Kedua, penyediaan platform eCommerce dan Digital Touch Point berikut Payment-Gatewaynya dalam bentuk web maupun mobile apps sebagai media berwirausaha secara digital. Di sini peran Telin Malaysia dan TelkomGroup bersama institusi Bank yang dapat beroperasi di Malaysia seperti Bank Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia sangat dibutuhkan. Apabila dimungkinkan juga dapat disertai dengan penyertaan modal dari Dana Corporate Social Resposibility (CSR).
Ketiga, bantuan awal penyediaan produk, layanan dan kanal distribusi dari perusahaan-perusahaan Indonesia di Malaysia seperti para anggota ITA yang dapat memberikan produk dan layanananya untuk dapat dipasarkan dan dijadikan komoditas kewirausahaan digital oleh para Buruh Migran Indonesia.
4. PENUTUP
Melalui Wirausaha Digital, diharapkan Buruh Migran Indonesia dapat semakin mandiri, percaya diri dan dapat memperbaiki taraf ekonominya sejak di Malaysia dan dapat terus dilakukan walaupun sudah kembali ke Indonesia nantinya. Telin Malaysia bersama TelkomGroup, selaras dengan bisnis yang dijalankannya di Malaysia akan terus mendukung insiatif Wirausaha Digital oleh para Buruh Migran Indonesia. Perjuangan untuk terus melakukan perbaikan dari apa yang sudah didapat sekarang tidak akan pernah berhenti. Saya berharap kedepan Buruh Migran Indonesia tidak hanya dihadapkan kepada pekerjaan yang di definisikan oleh Pemerintah Malaysia sebagai 3D: Dangerous, Dirty and Difficult saja. Melalui Wirausaha Digital, saya harapkan Buruh Migran Indonesia dapat meningkatkan harkat martabat bangsa dan negara Indonesia di Pemerintah Malaysia dan mata seluruh dunia.Â
Saya belum dapat mengukur kedalaman dan kadar kesulitan dalam menjalankan inisiatif ini. Setiap perjalanan menggapai cita-cita harus ada mulanya, bukit-bulit kemenangan kecil harus ada dan harus dapat dicapai, tidak boleh ada kata menyerah. Bulatkan tekad untuk terus berusaha dan tetap bertawakal kepada Allah, Insya Allah akan datang pertolongan Allah, Itu janji Allah.
Â
Terus Kobarkan Semangat Membangun Bangsa …
Salam Hangat dari Malaysia
Â
OKI
Â
DAFTAR PUSTAKA:
[1]. Ohmae, Kenichi (May 19, 1999); The Borderless World, rev ed: Power and Strategy in The
Interlinked World; Harper Business.
[2]. Ekosistem Startup (Lanjutan) (June 15, 2004); http://indra.me/?p=17
[3]. Academic Focus : Universidad Deusto – Master in Business Innovation;
[4]. How To Reach Indonesian by Dwirianto; http://www.slideshare.net/thinkfresh1/youth-indonesia-
     digital-landscape-2014-2015
[5]. Kemp, Simon (Jan, 2015); Digital, Social & Mobile 2015, WE ARE SOCIAL’S COMPENDIUM OF
     GLOBAL DIGITAL STATISTICS
[6]. Yahya, Arief (Dec 27, 2012); Paradox Marketing; PT. Gramedia Pustaka Utama
[7]. Lifting The Barrier to E-Commerce in ASEAN; Enabling e-commerce is a unique way to contribute
to economic integration across Southeast Asia; AT-Kearney; https://www.atkearney.com/consumer- products-retail/ideas-insights/lifting-the-barriers-to-e-commerce-in-asean
[8]. 'Disruption Model' from the report: 'Future Trends - A Seismic Shift Underway'http://bit.ly/1RpAjmO
[9]. 4 Insights on Accelerating Your E-Commerce Growth in Indonesia;
      http://www.acommerce.asia/accelerating-growth-in-e-commerce-indonesia/
[10]. Technology of The Future – Disruptive?;
        https://abstractfeeds.wordpress.com/2013/06/30/technology-of-the-future-disruptive/
Â
Â
Â
Comments