The Secret of Transforming Behavior: Rahasia Memenangkan Tantangan dan Lentur Menghadapi Perubahan

28 Dec 2016 16:23 6470 Hits 0 Comments Approved by Brain Gain
Perubahan adalah sebuah keniscayaan, segala sesuatu di dunia ini berubah kecuali perubahan itu sendiri

ABSTRAK

Perubahan adalah sebuah keniscayaan, segala sesuatu di dunia ini berubah kecuali perubahan itu sendiri. Tidak berubah berarti punah. Oleh karena itu manusia perlu memiliki kemampuan untuk terus bertransformasi dan lentur (resilient) dalam pijakan nilai-nilai yang kuat agar tetap sehat secara mental, tidak menjadi penghambat bagi orang lain sekaligus senantiasa hidup bermanfaat

Kata kunci: Transforming behavior, Kurva Transisi, Menenangkan Tantangan, Lentur Terhadap Perubahan

1. PENDAHULUAN

Selama lebih dari 15 tahun sebagai konsultan dan trainer di bidang sumberdaya manusia, personal branding dan parenting, saya sering menjadi saksi berbagai perubahan di tiga area penting dalam kehidupan manusia, yaitu pekerjaan (karir), sosial dan keluarga. Perubahan di bidang pekerjaan bermula dari perubahan-perubahan besar maupun kecil di dalam perusahaan seperti terjadinya akuisisi, peleburan dua atau lebih entitas usaha, perubahan kondisi pasar, reorganisasi dan lain-lain. Seperti situasi yang saat ini dialami oleh industri perminyakan dunia yang tengah menghadapi tantangan yang cukup meresahkan bagi sebagian orang. Harga minyak bumi yang terjun bebas dan terengah-engah merangkak naik menjadikan berbagai perusahaan minyak dan gas bumi harus mengurangi “muatannya” untuk menekan biaya produksi dan cash flow. Dampaknya banyak para profesional di sektor ini kehilangan pekerjaan yang selama ini telah memberikan kehidupan yang nyaman. Tanpa perubahan-perubahan besar pun seperti contoh-contoh di atas, berbagai peristiwa dan perubahan tetap terjadi di tempat kerja. Misalnya, berganti-ganti rekan kerja, berhadapan dengan pimpinan yang menyesakkan, konflik antar departemen atau persaingan bisnis.

Di bidang sosial, dalam skala yang besar, bangsa kita mengalami pergeseran kondisi politik dan perubahan model kepemimpinan. Arus informasi seperti air bah mengalir melalui perangkat komunikasi mudah alih. Sebagian besar informasi tersebut tanpa tanggung jawab redaksi, bahkan kadang tidak jelas siapa penulisnya. Berbagai informasi di dunita maya seringkali bertujuan memancing emosi dan meningkatkan kadar ketegangan psikologis apalagi jika ditambah dengan adu opini antar golongan, tak terelakkan juga antar individu yang dulunya berteman.

Aspek keluarga yang meskipun secara skala komunitas tampak kecil, namun seringkali menjadi sumber utama stress pada seseorang. Konflik dengan pasangan hidup, permasalahan pengasuhan anak dengan segala tantangannya di berbagai usia, gesekan dan hambatan komunikasi dengan keluarga besar adalah berbagai gelombang perubahan yang dihadapi seseorang setiap hari.

2. PEMBAHASAN

Jaffe dan Scott (2003) memperkenalkan teori Kurva Transisi untuk menjelaskan tahap adaptasi yang dilalui seseorang dalam menghadapi perubahan seperti yang terlihat pada Gambar 1. Kurva Transisi terdiri dari 4 tahap yang berbeda.  Keempat tahap tersebut ialah :

  1. Tahap Penyangkalan (Denial) bermula ketika saat seeorang disadarkan oleh adanya perubahan yang akan datang namun disangkal oleh orang tersebut. Bersikap mengingkari dan mengabaikan karena adanya kekhawatiran menghadapi perubahan.
  2. Tahap Perlawanan (Resistance) bermula pada saat seseorang tidak dapat lagi menyangkal adanya perubahan dan ingin melawan kenyataan tersebut.
  3. Tahap Eksplorasi bermula ketika seseorang sudah dapat menerima perubahan dan mencari cara terbaik untuk melaluinya dengan berhasil.
  4. Tahap Komitmen bermula saat seseorang sudah mengalami dan merasa nyaman dengan perubahan yang terjadi untuk mencapai suatu tujuan. Ia mungkin berupa tujuan baru, dengan cara-cara baru atau bersama orang-orang baru.

Sebagian besar individu diyakini akan melalui 4 tahap ini, tetapi perpindahan dari satu tahap ke tahap yang lain berbeda-beda. Sebagian melalui satu tahap dengan cepat, sebagian lagi lambat, bahkan ada sebagian lagi berhenti pada satu tahap ataupun kembali ke tahap sebelumnya. Perbedaan waktu dari tiap tahapan kadang bisa hanya dalam hitungan menit, tetapi ada yang bahkan bertahun-tahun tidak beranjak dari satu tahap menuju tahapan berikutnya (bahasa gaulnya, gagal move on).

Gambar-1. Kurva Transisi

Ratusan jurnal penelitian telah membuktikan bahwa ketidakmampuan seseorang untuk tetap mempertahankan sikap positif dan lentur dalam menghadapi perubahan, memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental. Diantaranya yang terkenal adalah penelitian DM Davydov, R Stewart, K Ritchie, I Chaudieu  (2010), yang berjudul Resilience and Mental Health. Selain mempengaruhi kesehatan mental diri sendiri, ketidakmampuan seseorang mempertahankan sikap positif  terekspresikan keluar menjadi pribadi dengan karakter yang mudah mengeluh, sinis, marah dan labil secara emosi. Tidak jarang respon seseorang terhadap peristiwa-peristiwa kecil yang tadinya dianggap tidak penting, kemudian tumpah menjadi luapan emosi atau sikap tidak menyenangkan yang meninggalkan goresan luka pada sekitarnya termasuk orang-orang yang mereka cintai. Oleh karena itu, kemampuan memenangkan tantangan dan lentur menghadapi perubahan tidak hanya memberi manfaat pada diri sendiri tetapi juga berdampak luas pada individu-individu yang saling berinteraksi.

Setiap fenomena perubahan yang dialami oleh individu disebut realitas eksternal. Realitas ekternal tersaring ke dalam pikiran melalui fokus perhatian pada saat itu, nilai-nilai, keyakinan dan pengalaman masa lalu sehingga menghasilkan sebuah realitas internal. Secara awam realitas internal dikenal dengan persepsi. Lalu mengapa disebut realitas? Karena pada hakekatnya individu tidak bereaksi pada realitas eksternal tetapi bereaksi kepada persepsinya sendiri. Ketika persepsi diletakkan dalam konteks tertentu dan diberi arti, maka terbentuklah makna. Setiap peristiwa pada hakikatnya adalah netral, tidak membawa makna kecuali setelah individu itu sendiri yang melekatkan makna kepadanya. Manusia sedih, marah, kecewa atau gembira karena makna. Bersyukur dan mengeluh karena makna. Contohnya, ketika seseorang bernama A sedang mengendarai mobil, lalu tiba-tiba datang mobil lain di belakangnya yang menekan gas berulang-ulang dengan suara menderu.. wrreeng..wreeeng... lalu berusaha menyalip dengan kecepatan tinggi, maka akan muncul persepsi dalam pikiran A. Jika A memilih makna “Wah, nantang nih”, maka akan muncul rasa tidak ingin memberi jalan bahkan ingin mengejar. Jika A memilih makna, “Hmm kayaknya nyangkut gas orang itu tadi”, maka responnya biasa-biasa saja. Jika A memilih makna “Jangan-jangan istrinya mau melahirkan ya”.. maka A mungkin malah memilih meminggirkan posisi mobilnya untuk memberi ruang bagi mobil lain tadi untuk mendahului. Emosi-emosi tidak memberdayakan yang dilekatkan pada peristiwa-peristiwa di sepanjang hidup inilah yang menghambat kemampuan seseorang berani memenangkan tantangan dan kelenturan menghadapi perubahan.  Beberapa contong emosi-emosi yang tidak memberdayakan adalah sebagai berikut :

  • Perasaan bahwa “Aku ini tidak berbakat menjual” hanya karena pernah tiga kali ditolak calon pelanggan
  • Memaknai “Hidupku ini sial” karena pernah dua kali mengalami pemutusan hubungan kerja
  • “Boss itu orang sulit”, hanya karena nada suaranya tinggi dan cara bicaranya tidak sesuai dengan selera anda.
  • “Ini memang masa sulit”, ketika melihat banyak teman di phk.
  • “Aku ini phobia naik pesawat”, karena merasakan degub jantung yang meningkat dan keringat dingin muncul setiap kali teringat peristiwa tidak menyenangkan saat naik pesawat.

Dari memadukan berbagai riset dan pengetahuan dari The 7 Habts of Highly Effective People (Covey, 1989), Neuro-Linguistic Programming (Bandler & Grinder, 1978), Resolve (Bolstad, 2002), The Alchemy of Happiness, karya fenomenal Imam Al Ghazali yang dibukukan dalam bahasa Inggris pertama kali pada tahun 1979, maka lahirlah buku saya The Secret of Self Improvement, Detox Hati dan Pikiran yang kemudian menjadi materi training di berbagai perusahaan dan organisasi. Pada intinya ada lima prinsip utama rahasia memenangkan tantangan dan lentur menghadapi perubahan yang disebut dengan Prinsip Transformasi Perilaku seperti pada Gambar 2.

 

Gambar-2. Prinsip Transformasi Perilaku

Tags

About The Author

Okina Fitriani 16
Pensil

Okina Fitriani

Psikolog dan Master di bidang Human Resources. Mendalami bidang Psikologi Industri dan Perkembangan, Neuro­Linguistic Programming, Brain Development dan Leadership. Setelah hampir 10 tahun berkarier diperusahaan minyak terbesar di Indonesia, kini aktif menjadi konsultan dan pembicara dalam seminar di bidang Organization Development, Parenting, Komunikasi, dan Leadership
Brain Gain adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Okina Fitriani

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login