Kajian Ringkas Penerapan Titik Acuan Mata dalam Standar Perancangan Stasiun Kerja Jenis Konsol Berbasis Komputer

12 Jan 2017 15:44 7322 Hits 0 Comments
Penulisan ini akan mengetengahkan beberapa contoh dari penerapan referensi standar perancangan stasiun kerja berbasis computer, dan keterkaitannya dengan aspek-aspek penyusunan letak panel kendali, layar monitor, dan papan informasi

2.1.   Stasiun kerja dengan konfigurasi tata letak horizontal

Parameter lainnya yang dirujukkan oleh panduan dari DOT/FAA/CT-96/1, Human Factors Design Guidelines (1996) adalah mengenai postur ideal untuk seorang operator bekerja di sebuah stasiun kerja berbasis computer, dengan pengaturan tata letak layar informasi dan system kendali yang tersusun secara vertical. Pada format ini, aktivitas pemantauan dan pengendalian memerlukan titik acuan mata yang lebih spesifik (Lihat Gambar 2.3.), berkenaan dengan konfigurasi tata letak system yang perlu untuk dipantau dan dioperasikan dan bidang permukaan panel yang terdiri dari lebih daripada satu permukaan (Multiple Panel Surface).

Pada konfigurasi peletakkan panel yang lebih kompleks dibandingkan dengan tipe horizontal, persyaratan keleluasaan sudut pengelihatan menjadi lebih spesifik dan terfokus pada satu titik referensi yang menjadi acuan. Walaupun referensi pada Gambar 2.3. dibawah tidak merujuk pada jarak ketinggian posisi mata terhadap permukaan lantai, namun korelasinya dengan panduan posisi peletakkan layar informasi dan panel kendali pada konsol secara jelas menunjukkan bahwa titik posisi mata tersebut digunakan sebagai acuan utama untuk mengarahkan rujukan-rujukan posisi pengaturan letak layar informasi dari konsol berkenaan. Hal ini berlaku baik untuk penyusunan secara vertical maupun secara horizontal dalam bidang panel dengan beberapa segmen permukaan.

Gambar 2.3. Konsol Stasiun Kerja dengan Penataan Vertikal

[DOT/FAA/CT-96/1]

 

Keberadaan panel bagian atas terlihat berpengaruh pada penetapan acuan mata, disebabkan sudut pandang atas cukup terbatas yang dapat dijangkau oleh pergerakan bola mata dengan pergerakan kepala yang minimum. Contoh dari penerapan ini dapat terlihat jelas dari desain konsol Pengatur Lalu Lintas Udara / PLLU (Air Traffic Controller) pada Gambar 2.4. dengan konfigurasi peletakkan system secara vertical dan horizontal. Pergerakan kepala yang bersifat eksesif disebabkan oleh konfigurasi bidang pandang operator terhadap layar informasi yang tidak terkonfigurasi secara optimal, dapat menyebabkan beban kerja yang berlebih, dan berpotensi lebih awal menimbulkan kelelahan pada operator. Hal ini akan sangat beresiko apabila terjadi pada seorang operator Pengatur Lalu Lintas Udara / PLLU, yang sangat besar tanggungjawabnya terhadap keselamatan dan kelancaran lalu-lintas penerbangan. Di pihak lain, keperluan untuk memperoleh keleluasaan bidang pandang terhadap system informasi terpasang dalam sebuah konsol kerja berbasis computer adalah mutlak, dan secara konsepsi desain, akan memerlukan sebuah media acuan yang dapat digunakan untuk referensi tata peletakkan system terpasang.

Dalam kaitan dengan konteks tersebut, Kroemer, et. al. (2010) menjelaskan bahwa dalam kondisi operasional sebuah konsol computer akan berlaku perubahan pada posisi acuan mata static, yang dipicu oleh pergerakan merubah posisi dari pengguna/operator semasa melakukan aktivitas pemantauan. Hal ini ditegaskan Kroemer sebagai hal yang tidak dapat dihindari, mengingat dinamika reaksi otot manusia memerlukan penyesuaian keseimbangan disaat tubuh dalam keadaan aktif. Terlepas dari fenomena tersebut, prinsip dasar perancangan geometri stasiun kerja tetap memerlukan satu titik acuan mata untuk penentuan referensi penempatan komponen. Penerapan data antropometri pengguna kedalam proses perancangan sebuah stasiun kerja akan selalu bermula dari penetapan postur statik terintegrasi antara postur kerja pengguna dan rentang penempatan peralatan fungsi kendali serta pemantauan. Kedua aspek utama ini akan memerlukan titik-titik acuan untuk memulai proses, dan titik acuan mata merupakan parameter pertama dan utama yang akan menggerakan parameter-parameter fisik lainnya sesuai rentang ukuran tubuh pengguna. Sistem penyesuai posisi dan postur (adjustable system) melalui kursi atau platform berdiri untuk operator pada sebuah system stasiun kerja merupakan salah satu contoh implementasi proses diatas.

Kajian Ringkas Penerapan Titik Acuan Mata dalam Standar Perancangan Stasiun Kerja Jenis Konsol Berbasis KomputerGambar 2.4. Konsol Stasiun Kerja Operator Pengatur Lalu Lintas Udara/PLLU

 

3. Analisa Korelatif

Dalam lingkup kajian Terapan dari Standar Panduan Perancangan sebuah Stasiun Kerja, faktor Titik Acuan Mata secara nyata selalu menjadi bagian inti dari parameter konfigurasi yang berkaitan dengan penempatan layar informasi dan system kendali ataupun panel aktivasi. Keleluasan pandang terhadap komponen-komponen ini merupakan salah satu persyaratan yang wajib untuk dipastikan dari segi kualitas, dan senantiasa dioptimalkan dimulai dari awal proses perancangan sebuah stasiun kerja. Rujukan dari NASA Anthropometric Source Book (vol. 2, 1978) mengetengahkan informasi pengukuran tubuh manusia yang bersumber dari 91 survei yang dibuat diseluruh dunia. Salah satu elemen pengukuran utama yang dibuat adalah titik ketinggian mata. Hal ini secara jelas mengindikasikan pentingnya penggunaan panduan referensi visual untuk diterapkan dalam setiap perangkat system kerja yang memerlukan aktivitas monitoring dan observasi yang intensif.

Dari beberapa diskusi diatas mengenai dua jenis konfigurasi penyusunan stasiun kerja (Horizontal dan Vertikal), korelasi antara Titik Acuan Mata berbanding kompleksitas system terpasang secara langsung telah menunjukkan fakta-fakta terkait. Semakin tinggi kompleksitas system informasi dan pemantauan yang terpasang pada stasiun kerja, maka peran Titik Acuan Mata akan lebih signifikan dalam menentukan konfigurasi tata letak system pemantauan dan kendali diawal proses perancangan.

Dalam konteks sebuah stasiun kerja individual dengan kompleksitas tinggi seperti kokpit pesawat terbang, kehadiran sebuah unit penanda lokasi Titik Acuan Mata (Design Eye Point Locator) telah dimasukkan kedalam regulasi standar perancangan federal administrasi penerbangan Amerika Serikat (FAA/Federal Aviation Administration) yang juga digunakan secara luas oleh berbagai otorita penerbangan dunia. Komponen regulasi yang tertera didalam FAR (Federal Aviation Regulation) Part 25, butir 773 [d]: “Fixed markers or other guides must be installed at each pilot station to enable the pilots to position themselves in their seats for an optimum combination of outside visibility and instrument scan” menegaskan perlunya tersedia sebuah instrument penanda Titik Acuan Mata dalam kokpit sebuah pesawat terbang, untuk memberikan referensi penyesuaian posisi duduk penerbang terhadap instrument tersebut. Disamping itu, persyaratan ini telah menjadi bagian dari sebuah regulasi resmi penerbangan sipil, dan bukan hanya sebatas standar panduan desain. Sementara pada bidang militer, contoh penerapan Titik Acuan Mata pada US. Military Standard (MIL-STD) 1472F juga merujuk pada satu Titik Acuan Mata sebagai titik awal untuk konfigurasi ruang kokpit pesawat terbang (Lihat Gambar 3.1.)

Gambar 3.1. Profil Geometri Duduk Pilot

[MIL-STD 1472F]

3. KESIMPULAN

Dari perbincangan secara keseluruhan, dapat ditarik satu kesimpulan sementara yang menyatakan bahwa elemen penanda acuan mata sebetulnya adalah bagian mendasar yang memungkinkan sebuah stasiun kerja berbasis komputer dirancang dan diintegrasikan secara system. Namun, pada pengoperasiannya, jarang kita dapati sebuah konsol kerja berbasis komputer yang menggunakan penanda acuan mata. Merujuk pada diskusi sebelumnya, kompleksitas system terpasang cenderung untuk dijadikan rujukan keperluan penggunaan penanda tersebut. Jika pendekatan ini dikaitkan dengan upaya pengurangan beban kerja operator, peningkatan aspek keselamatan operasi, dan minimasi kesalahan dalam operasi, maka dapat dikatakan bahwa upaya penempatan posisi bidang pandang secara optimal adalah salah satu factor kunci. Peningkatan performa kerja melalui pendekatan desain perlu dibuat dengan lebih interaktif, dimana parameter perancangan dapat dikalibrasi dengan parameter penggunaan. Pada konteks optimalisasi keleluasaan pandang operator dalam sebuah Konsol berbasis computer, penanda titik acuan mata adalah kunci kepada peningkatan performa secara keseluruhan. Sebab hal ini berkenaan langsung dengan penguasaan kendali operasi melalui optimasi keupayaan visual dari seorang operator, yang akan memastikan proses pengendalian dan pemantauan berlangsung aman dan efektif.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih ditujukan kepada manajemen ex-Laboratorium Ergonomics & Pilot-Vehicle Interface, Divisi Flight Test Center serta ex-Departemen Simulation Technology, Divisi Engineering Services, PT. Dirgantara Indonesia, yang telah menginspirasi terbitnya artikel ini.

 

DAFTAR PUSTAKA

[1.]. Federal Aviation Administration (2003). Federal Aviation Regulation (FAR.) Part 25. Airworthiness   

        standards: Transport category airplane. USA: US. Department of Transportation.

[2]. Hawkins, F., Orlady, H. (ed.) (1987), Human Factors in Flight. Aldershot, England: Ashgate Publishing

       Limited.

[3]. Kroemer, K., Kroemer, H., Kroemer-Elbert, K., (2010). Engineering Physiology: Bases for Human      

       Factors Engineering / Ergonomics. In Sanders, Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

[4]. Sanders, M.S. and McCormick, E.J. (1992). Human Factors in Engineering and Design. USA: Mc

       Graw-Hill, Inc.

[5]. Shutte, S.J., and Starr, S.J. (1984). Effects of adjustable furniture on VDT users. Human Factors, 26

       (2), 157-170.

[6]. National Aeronautics and Space Administration (NASA). (1978). Anthropometric source book, vol. 1:

      Anthropometry for designers (NASA Ref. Pub. 1024). Houston, TX: NASA.

[7]. US. Department of Transportation (1996). Human Factors Design Guidelines. DOT/FAA/CT-96/1.

[8]. US. Military Standard, MIL-STD 1472F: Design Criteria Standard: Human Engineering

      USA: Department Of Defense.

 

 

 

Tags

About The Author

Erwin Rezasyah 16
Pensil

Erwin Rezasyah

1995 – 2003 Ergonomics Design Engineer di Departemen Ergonomics & Pilot-Vehicle Interface, Divisi Flight Test Center, PT. Dirgantara Indonesia. 1996 – 1998 Flight Deck Ergonomics Design Engineer untuk Program N2130 Transonic Jet Aircraft, PT. Dirgantara Indonesia. 2003 – 2004 Senior Ergonomics Design Engineer pada Program Full-Flight Simulator CN235-220M untuk Royal Malaysian Air Force, Divisi Engineering Services, PT. Dirgantara Indonesia. 2004 - 2005 Visual Database Modelling Team untuk Program CN235 Full-Flight Simulator Project Turkish Air Force, DoDaam Systems, Daejeon, Korea Selatan. 2005 – 2006 Lead Designer-Mechanical Design untuk Program Revitalisasi Kabin Radar Bergerak (Mobile Operations Cabin) TNI-AU. Divisi Engineering Services, PT. Dirgantara Indonesia. 2006 – 2008 Lead Designer-Mechanical Design untuk Program Refurbishment Main Control Room, Sector Operation Center-Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III, Medan. Divisi Engineering Services, PT. Dirgantara Indonesia. 2007 – 2008 Head of Project Management Office, NAS-332L Super Puma Full-Flight Simulator TNI-AU. Divisi Engineering Services, PT. Dirgantara Indonesia. 2008 - Senior Lecturer, Department of Industrial Design, Universiti Teknologi MARA, Shah Alam, Selangor, Malaysia.
Brain Gain adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Erwin Rezasyah

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login