3. UPAYA PENANGGULANGAN
Sejak beberapa dekade yang lalu, WHO dan Lembaga-Lembaga Internasional lainnya telah memikirkan masalah resistensi antibiotik ini secara intensif, di mana telah diselenggarakan pertemuan-pertemuan global untuk merumuskan strategi penanggulangan resistensi antibiotik di seluruh dunia.
Untuk itu telah dilakukan berbagai penelitian di seluruh dunia untuk menentukan akar permasalahannya, seberapa luas dampak yang ditimbulkan, dan tindakan apa yang bisa dilakukan untuk menghambat resistensi antibiotik.
Berbagai strategi telah dirumuskan sesuai dengan penyebab permasalahan, yaitu:
Â
3.1. Menekan laju kecepatan resistensi bakteri terhadap antibiotik
Untuk menekan laju kecepatan resistensi bakteri terhadap antibiotik, strategi pertama yang harus dilakukan adalah memahami dengan sebaik-baiknya mekanisme timbulnya resistensi. Di mana sebagaimana diketahui pada butir 2.1 penyebab terjadinya resistensi bakteri adalah melalui    mekanisme 2.1.1 natural phenomena, 2.1.2 selective pressure, dan 2.1.3 spread. Â
Resistensi yang disebabkan karena natural phenomena, tidak bisa diintervensi karena hal ini memang merupakan karunia alam untuk bakteri untuk dapat mempertahankan hidupnya; tetapi mencegah resistensi karena selective pressure dan spread sangat bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Â
3.1.1. Mencegah terjadinya selective pressure:
Terjadinya selective pressure diakibatkan karena penggunaan antibiotik secara salah, dengan berbagai jenis kesalahan seperti yang telah disebutkan pada butir 2.2, oleh karenanya strategi yang utama dan pertama yang harus dilakukan adalah menggunakan antibiotik secara bijak (prudent use of antibiotic). Â
Untuk para professional penyedia pelayanan kesehatan di semua unit pelayanan kesehatan, rumah sakit, klinik kesehatan, dan puskesmas diberlakukan ketentuan cara menggunakan antibiotik menurut kaidah antibiotic stewardship, yakni: gunakan antibiotik hanya jika ada indikasinya, gunakan antibiotik sesuai dengan bakteri yang paling dekat diperkirakan menyebabkan penyakit infeksi yang terjadi (educated guess towards the pathogen bacteria), semaksimal mungkin gunakan antibiotik dengan spektrum sempit, gunakan antibiotik dengan dosis, bentuk sediaan, saat dan lama penggunaan, gunakan antibiotik yang sesuai dengan keadaan penderita, jika penderita mempunyai penyakit-penyakit lain (underlying disease), serta waspada terhadap kemungkinan timbulnya efek yang tidak dikehendaki. Â Â Â
Bagi rumah sakit yang mempunyai fasilitas pemeriksaan mikrobiologi klinik yang dapat melakukan test kultur dan kepekaan bakteri, pertama kali gunakan antibiotik secara empirik terlebih dahulu, untuk kemudian jika hasil test telah tersedia, maka dilakukan de-escalating therapy, artinya terapi antibiotik disesuaikan dengan hasil test dan keadaan klinis penderita. Â
 Â
3.1.2 Mencegah terjadinya spread:
Penyebaran bakteri utamanya terjadi karena rendahnya kebersihan dan kesehatan lingkungan. Untuk itu, semua pihak yang terlibat, baik di tempat-tempat pelayanan kesehatan, maupun di masyarakat secara umum, diberi pengetahuan dan cara-cara menerapkan universal precautions, artinya cara-cara untuk mengusahakan kebersihan dan kesehatan lingkungan, mulai dari cuci tangan, membuang limbah, memproses makanan, menjalankan gaya hidup sehat, dan lain-lain. Khusus untuk petugas pelayanan kesehatan, jika diperlukan menggunakan peralatan khusus (sarung tangan, masker, tutup kepala, dll,) melaksanakan tindakan aseptis, dan mengusahakan penggunaan peralatan medis untuk penderita dengan cara-cara yang benar, misalnya penggunaan cairan intravena, kateter, ventilator, dll.
Â
3.2.  Mengupayakan pelaksanaan:
Untuk mengusahakan tercapainya tujuan pada butir 3.1.1 dan 3.12. diperlukan penerapan strategi yang disebut sebagai “Segitiga Untuk Perubahan†di mana dilakukan tindakan sebagai berikut: Pertama dibuat Peraturan, Kedua: diselenggarakan Penyuluhan untuk mendidik tentang adanya Peraturan pada butir pertama, sehingga semua pihak yang terkait tahu, mampu, dan mau melaksanakan Perturan tersebut, dan Ketiga diupayakan bantuan untuk memudahkan pelaksanaan Peraturan tersebut.
Penjelasannya adalah sebagai berikut: untuk mencegah penyebaran bakteri di suatu rumah sakit, pertama: dibuat Peraturan agar semua pihak yang terlibat dalam kegiatan di rumah sakit tersebut harus mencuci tangan, sebelum dan sesudah melakukan kegiatannya.
Kedua: dibuat kegiatan untuk mendidik dan menyuluh semua pihak untuk dapat melakukan cara-cara mencuci tangan dengan baik dan benar. Kegiatan ini bisa dilakukan secara tatap muka, dan atau dengan pembuatan poster dan leaflet yang berisi cara-cara melakukan cuci tangan sesuai dengan persyaratan, untuk ditempelkan di tempat-tempat yang strategis supaya dapat dibaca dan diikuti oleh semua pihak. Ketiga: diusahakan bantuan managemen berupa penyediaan alat dan bahan untuk cuci tangan, yang ditempatkan di seluruh tempat yang strategis di rumah sakit. Contohnya: botol semprot berisi larutan alkohol gliserin yang ditempatkan di setiap lorong-lorong rumah sakit. Â Â
Gambar-5: Poster untuk menunjukkan tatacara mencuci tangan dengan benar
Sumber: World Health Organization
4. KESIMPULAN Â
Resistensi antibiotik sudah merupakan ancaman yang nyata dan sangat berbahaya bagi seluruh umat manusia, karena dampak negatif yang ditimbulkannya sangat besar, bahkan dapat menimbulkan kepunahan umat manusia secara sia-sia.
5. HARAPAN
Untuk mencegah terjadinya kepunahan umat manusia di masa yang akan datang, semua pihak wajib mengupayakan pencegahan terjadinya resistensi antibiotik, di lingkungan masing-masing, dan dalam kewenangan masing-masing,Â
Â
Ucapan Terima Kasih
Terimakasih yang tidak terhingga dipersembahkan kepada The Indonesian Brain Gain, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membagikan pengetahuan tentang Resistensi Antibiotik. Semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
- World Health Organization: Global Strategy for Containment of AMR, Geneva.
- Centers for Disease Control and Prevention: Antimicrobial Resistance Threat Report. 2013,http://www.cdc.gov/drugresistance/threat-report-2013/,Google Scholar
- Center for Disease Dynamics, Economics & Policy. 2015. State of the World’s Antibiotics, 2015. CDDEP: Washington, D.C.
Â
Â
Â
Â
ÂÂ
Â
Comments