2. PEMBAHASAN
2.1 Usulan Sistem Teknis Baru: Komite Pengawas Teknik (KPT)
Salah satu cara efektif dalam pengawasan dan peningkatan produksi dari suatu lapangan migas adalah dengan melakukan pengawasan ketat pada setiap fase teknis dalam proyek tersebut. Cara pengawasan ini disebut sebagai ‘Pengecekan Lengkap Pegembangan†suatu proyek migas.
Fase pengawasan dari suatu pengembangan dan produksi lapangan migas dapat dibagi menjadi 4 target yang harus dicapai dari setiap proyek migas tersebut, yaitu:
- Fase-1: Rencana dan maksud dari pengembangan setiap lapangan migas.
- Fase-2: Pengecekan geologi, geofisika, petrofisika, dan model statik dari lapangan migas ini.
- Fase-3: Pemodelan dinamik dan simulasi dari lapangan migas ini.
- Fase-4: Model pengembangan seperti jumlah tambahan sumur dan lubang perforasi, rencana produksi per hari, rencana tambahan fasilitas permukaan.
Setiap target fase diatas harus dipresentasikan oleh tim operator PSC proyek pengembangan migas di hadapan satu komite yang dibentuk oleh SKK-Migas. Tim operator PSC ini adalah tim dari perusahaan migas (termasuk Pertamina) yang telah diberi ijin pemerintah (melalui lembaga terkaitnya, SKK-Migas) untuk menjadi operator dalam pengembangan suatu blok migas di Indonesia.
Komite ini disebut sebagai “Komite Pengawas Teknik (KPT)†yang terdiri dari berbagai bidang keahlian seperti: Geologi, Geofisika, Petrofisika, Geomodeler, Reservoir Engineer, Facility Engineer, Drilling Engineer. Masing-masing ahli dari bidang ini harus hadir untuk mewakili bidang keahliannya pada setiap presentasi fase target oleh tim operator PSC.
2.2 Definisi Dari Komite Pengawas Teknik (KPT):
1. Konsep pembentukan “Komite Pengawas Teknik†adalah untuk melakukan pengecekan secara detail tentang konsep dan teknik-metodologi yang dipakai oleh tim operator PSC pada suatu proyek pengembangan migas. Pengecekan detail ini dilakukan oleh seorang yang kompeten dalam bidang keahliannya berdasarkan pendidikan, ilmu, teori, pengalaman, metode yang sama pada proyek migas lain dan telah dilakukannya selama puluhan tahun.
2. Untuk mempertahankan standar kualitas teknik dalam pengecekan suatu proyek pengembangan migas, perlu adanya perubahan sistem teknis baru (yang diusulkan pada tulisan ini) yaitu dengan merubah sistem teknik evaluasi pada tim operator PSC (seperti Pertamina) maupun SKK-Migas dengan membentuk berbagai grup bidang keahlian (SG = skil group). Tim ini diharapkan dapat menghasilkan spesialis yang benar-benar kompeten/ahli dan dengan struktur tingkat keahlian yang berbeda didalam setiap skill grup. Misalnya didalam skil grup petrofisika perlu dibentuknya tingkat keahlian, sebagai contoh: Custodian (tingkatan tertinggi), Principal, Staff, Senior Petrofisika-1/-2, and Junior petrofisika-1/-2, berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan oleh sekelompok ahli dibidangnya yang bertaraf Internasional. Untuk memudahkan penilaian bagi penentuan tingkat keahlian untuk setiap anggota skil grup, setiap skil grup diharapkan dapat membuat daftar teknik dan skor nya untuk setiap tingkat skil yang berbeda. Table-1 adalah contoh sederhana untuk daftar teknik dan skor dari skil grup-Petrofisika dimana daftar/skor ini telah disetujui bersama yang merupakan hasil dari suatu forum diskusi skil grup dan sesuai dengan target bisnis perusahaan. Skil grup lain selain skil grup Petrofisika adalah: SG-Geologi, SG-Geofisika, SG-Geomodeller SG-Reservoir Engineer, SG-Drilling, SG-Elektikal, dan lain-lain dapat dibentuk dan fokus hanya pada bidang keahlian masing-masing. Masing-masing skil grup ini bertanggung jawab atas keputusan teknis yang telah diambil berdasarkan hasil diskusi yang sangat detail sebelumnya, dimasing-masing skil grup tersebut (tim operator PSC dan SKK-Migas).
3, Standar teknikal yang telah disetujui dan merupakan hasil diskusi bersama dari suatu forum atau workshop yang diadakan oleh masing-masing skil grup, dapat dituliskan dalam sebuah buku pedoman “metodologi teknik evaluasi†dimana setiap waktu buku pedoman ini dapat dipakai untuk menyelesaikan perbedaan pendapat sehingga dapat menghasilkan evaluasi teknik yang maksimum. Semua evaluasi teknik harus selalu mengacu pada data sumur yang ada untuk mengurangi ketidakpastian yang selalu terjadi didalam evaluasi batuan reservoir dibawah permukaan bumi. Gambar-9 adalah salah satu contoh untuk skil group geologi dalam membagi beberapa facies batuan berdasarkan permeability. Gambar-10 adalah salah satu contoh dari skil group geomodeller yang menunjukkan beberapa teknik untuk pembuatan model statik. Gambar-11 adalah salah satu contoh skil group petrofisikas dalam perhitungan saturasi air (Sw) pada lapisan reservoir yang tipis dibawah vertikal resolusi peralatan logging.
4. Kerja sama antara skil group juga diharapkan berlangsung dengan baik karena ketidakpastian tentang evaluasi batuan reservoir di bawah permukaan adalah sangat besar seperti halnya interpretasi tipe facies dari batuan dan hubungannya dengan porositas, permeabilitas, kapilaritas, dan zone aliran dalam hubungannya dengan proses geologi atau proses pengendapan sediment. Semua ini berhubungan dengan perhitungan cadangan migas didalam batuan reservoir dan juga perhitungan minyak yang dapat diproduksi dari batuan reservoir ini. Gambar 12 - 15 menunjukkan kerja sama yang diperlukan oleh ahli-ahli geologi, geomodeller, geofisika dan petrofisika dalam membuat korelasi antara sumur dan interpretasi penyebaran batuan reservoir (baik secara vertikal maupun secara lateral) didalam suatu lapangan minyak dengan menggunakan analogi modern pengendapan geologi dan juga contoh penampakan batuan yang tersingkap dipermukaan bumi. Metode korelasi sumur dengan teknik ‘sequence-stratigraphy’ akan jauh lebih baik merefleksikan penyebaran batuan reservoir didalam suatu lapangan migas dibanding korelasi sumur dengan menggunakan metode lama yang berdasarkan korelasi ‘litho-stratigraphy’.
5. Komite Pengawas Teknik ini bertanggung-jawab untuk menkoreksi bagian perbagian dari suatu proyek migas atau keseluruhan desain dari proyek migas ini, pada metoda yang digunakan oleh tim operator PSC atau merekomendasi metoda lain yang dapat meningkatkan kwalitas model-model statik dan dinamik yang telah dibuat, dengan ditunjang berbagai macam analisa dan perhitungannya.
6. Tujuan utama dari Komite Pengawas Teknik ini adalah untuk meningkatkan kwalitas proyek migas ini dan berkeyakinan bahwa proyek ini telah memenuhi standar teknik termasuk kriteria operasi yang dikehendaki dengan tujuan untuk menekan biaya operasi pengembangan lapangan migas ini.
Tabel-1 Daftar teknik dan skor untuk masing2 tingkat keahlian dari skil grup-Petrofisika. Skor 1 = Mengetahui teknik ini dari textbook; skor 2 = Teknik ini sudah dipakai tetapi dengan bantuan ahli; skor 3 = Teknik ini sudah trampil tanpa dibantu ahli; skor 4 = Sudah trampil dan mampu mengajar; skor 5 = Trampil, dikenal di dunia melalui makalah-makalahnya.
Gambar-9 Tipe batuan beserta angka permeabilitasnya yang berguna untuk   penghitungan saturasi minyak dan cadangan dari lapangan tersebut.
Gambar-10 Contoh untuk membuat porosity dan permeability model di Statik model.
Gambar-11 Perhitungan Sw (saturasi air) yang berbeda dengan cara lama ketika reservoir minyaknya tipis berlapis.
Gambar-12 Korelasi sumur yang menggunakan metode baru “Chrono-stratigraphyâ€dibanding dengan cara lama yang menggunakan korelasi sumur “Litho-stratigraphyâ€.
Gambar-13 Teknik menggunakan “Net-to-Gross (NTG)†dalam Statik model untuk reservoir minyak yang tipis berlapis.
Gambar-14 Dengan menggunakan teknik “Sequence Boundary†dari seismic dan “Chrono-stratigraphy†dari korelasi sumur akan mendapatkan lapisan yang secara horizontal berhubungan.
Gambar-15 Â Teknik digambar-13 atas berdasarkan contoh batuan yang tersingkap di permukaan bumi dan juga dari batuan core yang diambil dari sumur.
Tujuan utama dari pembentukan Komite Pengawas Teknik (KPT) ini adalah Peningkatan proses dan pengecekan kwalitas model dari suatu Lapangan migas. Dan strategi utamanya adalah: Metode untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan secara kolektif. Komite tidak akan mengambil alih fungsi tanggung-jawab dari setiap manager proyek yang terkait.
Â
2.3 Tujuan KPT:
- Bertindak sebagai teknikal advisor kepada SKK-Migas manajemen.
- Untuk menjaga kwalitas tehnik yang konsisten terhadap semua persoalan tehnis yang dipresentasikan oleh tim operator PSC atau konsultan yang bekerja untuk tim operator PSC.
- Menguji coba metoda tehnik yang dipresentasikan dan juga untuk memberikan masukan konstruktif pada tim operator PSC sehingga semua tujuan dan metoda teknik dari tim operator PSC telah memenuhi persyaratan yang diminta pemerintah, SKK-Migas.
- Untuk meningkatkan proses teknis sebelumnya, sekarang ini, dan sesudah pelaksanaan proyek migas berdasarkan pengalaman dan kesuksesan yang telah terjadi pada suatu proyek dimana metode teknis tersebut akan diterapkan diproyek migas lain.
- Untuk berkerja-sama dalam pengerjaan suatu proyek migas dengan memberikan masukan metode teknik tertentu pada tim operator PSC dan/atau konsultan.
- Untuk menyetujui dan mengesahkan metode / teknik baru yang didapat dari suatu proyek migas sukses dimana kemudian dapat memberi saran pada manajemen SKK-Migas dalam melakukan pengembangan bisnis dimasa datang.
Â
Â
2.4 Prosedur Review KPT:
- KPT memulai review dan diskusi untuk proyek pengembangan berdasarkan target fase yang diterangkan diatas. Tujuannya agar KPT dapat memahami maksud tujuan dari pengembangan lapangan migas ini, apakah ada data sumur baru yang diambil, apakah ada masalah yang dihadapi pada lapangan pada saat ini, keuntungan apa yang bisa didapat dari pengembangan proyek migas ini (seperti kemungkinan peningkatan jumlah cadangan dan produksi minyak bumi dari lapangan migas ini), kemudian kapan waktu untuk produksi minyak bumi ini dapat terlaksana.
- Fungsi dari anggota KPT:
- Berdiskusi, review dan mempertanyakan masalah yang ada, data sumur yang ada dan perkiraan data sumur yang akan diambil lagi pada sumur infill dalam proyek pengembangan migas ini.
- Berdiskusi tentang metode teknik yang dipakai pada proyek ini apakah telah memenuhi standar yang disetujui.
- Memberikan masukan yang baik, kritik yang membangun, memberikan dasar pemikiran positif, dan masukan-masukan untuk dapat meningkatkan produktifitas proyek migas ini.
- Memonitor mekanisme proyek:
- Membuat database, seperti: catatan hasil rapat yang merangkum semua hal-hal penting yang telah didiskusikan dan disetujui bersama pada waktu review.
- Membuat database yang sama dari hasil-hasil yang didapat setelah pekerjaan dilakukan untuk dilaporkan dan dicatat sebagai pembelajaran untuk melihat hal-hal yang positif dan negatif dari setiap proyek pengembangan migas.
- Memperbaharui terus database dan menyimpulkan pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dan dibandingkan dengan proyek lainnya.
2.5 Keuntungan Dari Review KPT:
- Dapat meningkatkan kwalitas, keamanan, safety, dan hasil positif dari proyek pengembangan migas.
- Dapat mengontrol biaya karena dapat membandingkan biaya pada proyek migas yang telah dilakukan dengan pekerjaan yang akan dilakukan pada proyek migas baru.
- Pelajaran yang dapat diambil dari review teknik ini yaitu dapat dibuat satu laporan dimana berdasarkan beberapa kegiatan sukses yang telah dilakukan dalam laporan ini dapat diterapkan untuk peningkatan proyek migas dimasa datang.
- Memungkinkan seluruh anggota KPT selalu up-todate pada kemajuan teknologi terakhir di dalam industri migas.
- Menyediakan bagi manajemen satu alat efektif agar dapat membuat rencana yang lebih baik pada suatu proyek migas dimasa datang.
2.6 Rencana Yang Harus Dilakukan Manajemen SKK-Migas Untuk Anggota KPT:
- Anggota KPT harus ditunjuk dan diberitahu melalui surat resmi sehingga dihormati dan disegani oleh tim operator PSC dan konsultan migas.
- Setiap anggota KPT harus diberitahu mengenai tugas masing-masing, tanggung-jawab, dan prosedur reviewnya.
- Menerapkan tata-cara, proses, dan prosedur review teknik yang baru dengan cepat.
Statik model yang dihasilkan dengan menggunakan sistem teknik baru ini dapat dibandingkan dengan statik model yang menggunakan sistim teknis lama yaitu pada pembuatan model dinamik, dan waktu proses pencocokan data produksi (history matching) seperti: data tekanan reservoir batuan, produksi minyak/gas/air, dan interval produksi. Semua data produksi ini dikumpulkan secara konsisten dari waktu ke waktu selama puluhan tahunan sejak produksi minyak bumi dimulai pada lapangan ini (Gambar-16). Pencocokan data produksi akan lebih cepat, akurat, dan tepat dengan memakai statik model sistem teknik baru karena tidak ada atau sedikitnya modifikasi yang diperlukan (pada petrofisika parameter batuan reservoir seperti permeability, fluid kontak, dll.) agar dapat cocok dengan produksi data. Jumlah cadangan minyak bumi yang dihasilkan (dengan menggunakan system teknik baru) terlihat lebih masuk akal dan lebih besar STOIIP nya karena cocok dengan produksi data tanpa adanya modifikasi selama pembuatan dinamik model.
Setelah melakukan revisi pada model dinamik, kedua tim (operator PSC dan SKK-Migas) dapat melihat bagian mana dari lapangan yang masih banyak mengandung sisa minyak bumi dikarenakan tekanan reservoir pada sumur produksi yang ada tidak cukup kuat untuk memproduksi minyak tersebut (by passed oil). Sehingga perlu di buat sumur tambahan infill agar dapat diproduksi dibagian tersebut, yang mana akan menaikkan jumlah produksi minyak dan juga ‘recovery factor’dari lapangan ini.
Gambar-16  Perbandingan antara pengunaan metode teknik lama dan teknik baru dalam pembuatan statik model, dimana dengan metoda teknik baru akan didapat jumlah cadangan yang jauh lebih besar (tentunya setelah di kalibrasi dengan data produksi). Dan terbukti dapat menaikkan produksi dan ‘recovery factor’pada setiap lapangan minyak, karena adanya tambahan produksi dari sumur infill.
3. KESIMPULAN
- Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan biaya sekitar 200 triliun per tahunnya, dan telah berlangsung selama puluhan tahun, karena perlu membeli minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
- Untuk mengurangi biaya pembelian minyak bumi dari luar negeri tersebut, Indonesia sebetulnya dapat meningkatkan produksi minyak buminya dari dalam negeri yaitu dengan menerapkan system pengecekan standar yang sama pada setiap proyek pengembangan migas yang akan menjadi tugas para ahli dari SKK-Migas sebagai lembaga terkait yang memberi ijin untuk pengembangan proyek migas tersebut.
- Spesialis/ahli dari suatu skil grup perlu dibentuk di SKK-Migas (atau operator PSC) dan sangat diperlukan untuk pengecekan suatu proyek pengembangan migas dan tingkat keahlian yang berbeda pada setiap skil grup yang harus memenuhi standar internasional dan dipilih oleh sekelompok ahli berstandar Internasional juga.
- Pengecekan teknikal pada suatu lapangan migas ini selain akan mengurangi ketidakpastian didalam evaluasi batuan reservoir dibawah permukaan bumi, juga akan mengontrol biaya investasi yang diperlukan dalam pengembangan suatu lapangan migas. Caranya dengan mengontrol hal-hal seperti jumlah sumur (baik jumlah sumur produksi dan sumur injeksi), material yang dipakai untuk sumur komplesion, kedalaman sumur, besarnya platform yang diperlukan dan lain-lainnya yang dilakukan oleh ahli SKK-Migas yang kompeten pada masing-masing bidang keahliannya.
- Semua model statik dan dinamik harus selalu di validasi dengan data sumur yang ada, termasuk dengan data sumur yang baru didapat dari sumur tambahan infill.
- Model yang dibuat berdasarkan sistem teknis baru ini terbukti selalu konsisten dengan perhitungan metodologi ‘material balance’.
- Hipotesa model geologi juga harus divalidasi dengan model 3-D dinamik.
- Dengan sistem teknis baru ini akan memudahkan untuk mengenali bagian mana dari suatu lapangan minyak yang masih banyak mengandung minyak bumi karena tidak dapat diproduksi oleh sumur yang ada disebabkan oleh tekanan sumur yang tidak cukup kuat untuk mengisap minyak tersebut (by-passed oil).
- Umumnya dengan memakai sistem teknis baru, jumlah cadangan minyak (STOIIP) akan selalu lebih besar dibanding jumlah cadangan yang diperkirakan dengan memakai cara teknis lama.
Â
Ucapan Terima Kasih:
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya pada rekan-rekan kerja di ExxonMobil Corp. dan PETRONAS yang telah meluangkan waktu dalam berdiskusi untuk peningkatan produksi minyak dari lapangan migas dengan mencoba meningkatkan statik dan dinamik modelnya. Berbagai lapangan migas didunia telah dicoba diterapkan penggunaan sistem teknis baru ini dalam usaha peningkatan statik dan dinamik modelnya, yaitu Lapangan-lapangan migas di Indonesia (Sumatra Utara, Cepu, Kalimantan Timur, Madura), Malaysia (seperti Peninsula Malaysia, Serawak, Sabah), USA (seperti GOM [Gulf of Mexico], Oklahoma, Texas), Kanada (seperti Alberta, Bitish Columbia), Timur Tengah (seperti Qatar, Irak, Libya), South-West Afrika (seperti Nigeria, Angola).
Rekan-rekan kerja ini mempunyai keahlian yang beragam seperti geologi, geofisika, geomodeler, petrofisika, reservoir engineer, dan lain-lain. dan dengan level keahlian yang berbeda seperti: Staff, Principal, dan Custodian level pada bidang keahlian masing-masing.
Paper ini dibuat berdasarkan pengalaman penulis dan diskusi yang terus-menerus dalam usaha untuk meningkatkan produksi minyak bumi dan dihubungkan dengan peningkatan statik dan dinamik model karena banyaknya ketidaksesuaian yang terjadi antara model-model tersebut dengan data sumur, terutama data produksi.
DAFTAR PUSTAKA:
- Fitzgerald, M.G., R.M. Mitchum, M.A. Uliana, and K.T. Biddle, 1990, Evolution of the San Jorge Basin, Argentina: AAPG Bulletin, v. 74/6, p.879-920.
- L. RodrÃguez Blanco1, M. Foster1, G. Jarque1, D. Pérez1, and A. Thompson1, 3D Static and Dynamic Modeling of a Clastic Multilayered Reservoir with Heavy Oil: a Case Study from Comodoro Rivadavia Formation in El Alba Valle Field (Manantiales Behr Block, Golfo San Jorge Basin, Argentina), AAPG International Conference and Exhibition, Cartagena, Colombia, September, 2013.
- Zhan, L., Kuchuk, F.J., Al-Shahri, A.S., Ma, S.M., Ramakrishnan, T.S., Altundas, B., et al., "Characterization of Reservoir Heterogeneity through Fluid Movement Monitoring with Deep Electromagnetic and Pressure Measurements," SPE Reservoir Evaluation & Engineering, Vol. 13, No. 3, June 2010, pp. 509-522.
- Kuchuk, F.J., "Pressure Behavior of the MDT Packer Module and DST in Crossflow-Multilayer Reservoirs," Journal of Petroleum Science and Engineering, Vol. 11, No. 2, June 1994, pp. 123-135.
- Kuchuk, F.J., Halford, F., Hafez, H., and Zeybek, M., "The Use of Vertical Interference Testing to Improve Reservoir Characterization," presented to the Abu Dhabi International Petroleum Conference and Exhibition, Abu Dhabi, Oct. 13-15, 2000.
- Zeybek, M., Kuchuk, F.J., and Haez, H., "Fault and Fracture Characterization Using 3D Interval Pressure Transient Tests," presented to the Abu Dhabi International Petroleum Conference and Exhibition, Abu Dhabi, Oct. 13-16, 2002.
Â
Comments