3. SELF BRANDING DAN PEMASARAN
Satu tahun setelah saya bergabung dengan Landmark, usaha saya mulai membuahkan hasil. Selain saya dipromosikan menjadi konsultan utama (Principal Consultant), saya juga terpilih sebagai Konsultan Terbaik tahun 2001 (Employee Of The Year, Tahun 2001) diantara seluruh konsultan Landmark-Halliburton yang berjumlah ribuan orang di seluruh penjuru dunia. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan untuk saya yang secara tidak langsung juga membawa nama Indonesia di tingkat internasional. Semenjak itu, rasa percaya diri saya mulai bertambah untuk menjadi pemain global walaupun hanya berbekal pendidikan S1. Semenjak itu saya mulai mengarahkan diri untuk membangun pasar, meningkatkan jaringan dan hubungan (market, network and relationship) dikalangan para pelangan dimana saya memberikan jasa konsultasi sebelumnya dari India sampai ke Jepang karena bisnis pada dasarnya adalah hasil sebuah hubungan yang baik dengan pelanggan, istilahnya adalah “business is relationshipâ€. Selain mencoba memberikan jasa konsultasi yang terbaik, saya juga tidak segan-segan meluangkan waktu untuk minum kopi, main golf atau sekedar berbagi cerita lucu dalam rangka mempererat hubungan. Ketika pelanggan melihat bahwa kita selalu mengedepankan kepentingan mereka, mereka akan percaya kepada kita. Dengan begitu, mereka akan selalu menjaga kepentingan kita juga.
Â
â€Before someone lends you a hand, you need to touch their heartâ€. (Sebelum orang lain memberikan bantuan, kita perlu mennyentuh hatinya terlebih dahulu)
Â
Itu semua merupakan salah satu cara membangun kepercayaan (trust connection), pencitraan diri (self-branding) yang sangat penting. Kemampuan mendengar juga merupakan salah satu kunci sukses membangun bisnis. Kata pepatah:â€listen twice as much as you speak†(lebih banyak mendengar daripada bicara). Beri kesempatan kepada pelanggan untuk bicara, untuk bercerita panjang lebar tentang masalah dan tantangan bisnis yang mereka hadapi, walaupun terkadang menjemukan. Adalah menjadi tugas kita untuk mendengarkan dengan baik, menyimpulkan keinginan pelanggan dan pada akhirnya memberi beberapa solusi alternatif.
4. MENJADI GEOSAINS ENTREPRENEUR
Setelah selama tiga tahun saya berhasil membangun pasar saya sendiri dan telah banyak mendapat kepercayaan dari pelanggan, akhirnya saya putuskan untuk keluar dari Landmark-Halliburton untuk menjadi seorang entrepreneur geosains. Hal ini merupakan sebuah keputusan yang tidak mudah karena sebenarnya karier saya di Landmark-Halliburton sudah sangat bagus dan sedang menanjak dengan fasilitas yang melimpah sebagai ekspatriat. Akan tetapi untuk yang kedua kalinya saya ingin keluar dari zona nyaman dengan melakukan sesuatu yang berbeda untuk kepuasan diri, untuk dapat berbuat lebih banyak, untuk dapat menambah pengalaman, untuk dapat menjadi pemain global dan membawa nama Indonesia, untuk nantinya dapat meng-aspirasi orang lain, atau sekedar membantu orang lain untuk berani mencoba menggali bakat/potensi yang terpendam, istilahnya “pushing the envelopeâ€. Sebuah resiko yang besar apabila gagal, apalagi dengan pola hidup (life style) sebagai ekspatriat yang cukup mahal dengan 3 orang anak yang sedang belajar di sekolah Amerika. Terkadang ada rasa ketakutan, akan tetapi saya jalani rasa ketakutan tersebut berbekal raya percaya tinggi akan sebuah kesuksesan.
Berbisnius di bidang geosains dapat dikatakan berat dan jarang, karena biasanya perlu modal yang cukup besar. Sebagai gambaran, sebuah software geosains berharga ratusan ribu dolar amerika, dan biasanya diperlukan beberapa software untuk mengerjakan sebuah proyek. Jadi selain padat modal, juga padat teknologi dan pengetahuan. Untuk itu dibutuhkan inovasi dan kreatifitas untuk mengembangkan ‘knowledge based entrepreneurship’ dengan biaya yang sangat minimal, atau bahkan tanpa biaya. Akan tetapi ada faktor penting lain yang orang sering lupa adalah bahwa pelanggan kita membeli jasa kita dengan hatinya (your customers buy with their heart). Jadi, kompetisi pasar yang sebenarnya adalah kompetisi tentang bagaimana cara merebut hati dan mendapatkan kepercayaan dari pelanggan, bagaimana membuat pelanggan kita merasa dipentingkan dan merasa dibutuhkan, dan bagaimana membuat pelanggan kita masih merasa nyaman pada saat-saat susah sekalipun. CEO Saatchi & Saatchi, Mr. Kevin Roberts dalam bukunya Lovemarks: “The Future Beyonds Brands†mengatakan:
Â
“I have always believed that by touching the emotion you get the best people to work with you, the best clients to inspire you, the best partners and the most devoted customersâ€. (Saya selalu percaya bahwa dengan menyentuh emosi, kita akan mendapatkan pekerja, pelanggan, rekanan yang terbaik, mengispirasi dan setia)
Â
Hal itu merupakan modal utama yang sudah saya tanamkan selama ini dan hasilnya telah terbukti. Bahkan pada saat industry minyak sangat lesupun dibeberapa tahun belakangan dan saat ini, masih ada pelanggan yang peduli dan memberi proyek.
Salah satu ciri dari seorang entrepreneur adalah besarnya penghargaan (reward) yang didapat dalam waktu yang relatif singkat. Selama delapan tahun belakangan ini, saya berhasil mematok harga pasar untuk sebuah konsultasi yang saya berikan sama atau bahkan lebih dari konsultan dari negara barat untuk level saya. Sering kali saya mendapatkan beberapa proyek dalam waktu yang bersamaan yang sering membuat saya harus bekerja dengan waktu yang lebih panjang dan berkerja lebih ‘smart’ dan efisien untuk dapat mengejar target yang sudah ditentukan. Dengan mengerjakan multi-proyek tentunya imbalannya juga semakin besar, jauh lebih besar dari yang pernah saya impikan pada saat saya akan memulai profesi ini. Betapa sebuah imbalan yang membanggakan setelah melalui usaha yang melelahkan, dan perjalanan yang panjang. Sebuah perjalanan yang tidak selalu mulus dan penuh tantangan. Tidak jarang saya harus behadapan dengan pelanggan yang susah, pelanggan yang menganggap rendah orang Indonesia, pelanggan yang membosankan, pelanggan yang membuat saya menunggu berjam-jam, atau suasana bisnis yang menurun karena harga minyak yang jatuh, tetapi hal itu tidak membuat saya jera.
Â
“Istilahnya ‘grace under pressure’ yaitu sikap untuk tetap berdiri tegak dan berpikiran positif disaat-saat penuh dengan kesulitan, penuh tantangan dan kontraversiâ€â€™
Â
Dalam kesibukan yang ada, saya masih menyempatkan untuk punya ‘quality time’ dengan keluarga. Untuk sekedar rileks (mind decompression), biasanya saya sempatkan main piano sendiri atau main golf dengan teman-teman Indonesia yang lain di Kuala Lumpur yang tergabung dalam GLDI (Gabungan Lintah Darat Indonesia). Sebuah penamaan yang tidak punya arti yang sebenarnya, tetapi didalamnya tersirat makna semangat keakraban, solidaritas, komitmen dan kegembiraan bersama di lapangan golf.
Pada saat ini jaringan dan ruang lingkup kerja saya sudah merambah sampai ke Afrika, dan Timur Tengah, selain di Asia. Sengaja saya merambah ke negara-negara yang punya potensi pasar besar tapi aksesnya tidak mudah seperti Angola, Nigeria, Algeria, Argentina atau Yaman. Dengan jalur yang telah saya rintis, saya telah membuka pintu peluang kepada rekan-rekan seprofesi dari Indonesia untuk melanjutkan usaha saya membangun reputasi profesional Indonesia dibidang perminyakan. Selain itu saya juga ikut memperkuat pasar dimana sudah banyak profesional Indonesia seperti di UAE, Kuwait, Qatar, Thailand, Vietnam, Brunei dan Malaysia tentunya. Pada saat ini sudah ada belasan profesional Indonesia yang berhasil menempati jalur yang sudah saya rintis termasuk yang berada di Angola ataupun Nigeria dengan penghasilan bersih mereka berkisar USD20.000-30.000 per bulan. Ada rasa bangga didalam diri saya karena saya berhasil meyakinkan pasar bahwa profesional Indonesia berkualitas dan dapat diandalkan, oleh karena itu pantas dibayar mahal. Dilain pihak saya bangga dapat membantu teman seprofesi untuk memperbaiki taraf hidup mereka, selain saya sendiri dapat tambahan penghasilan dari jerih-payah mereka. Dengan merambah usaha dibeberapa negara juga menjamin kesinambungan usaha (sustainability) apabila kelesuan bisnis terjadi di negara tertentu. Pada saat bisnis jasa konsultasi di Indonesia, Thailand, dan Malaysia sangat lesu dengan ditengarai banyak pemecatan pegawai selama tiga tahun terakhir ini, bisnis saya masih bertahan dari omset yang didapat dari Vietnam.
Â
5. KESIMPULAN: APA YANG DAPAT DIPELAJARI
Apakah yang sudah saya lakukan merupakan sesuatu keberhasilan yang besar? Saya kira tergantung dimensi dan perspectif kita masing-masing. Dalam perspektif saya, apa yang sudah saya lakukan merupakan suatu keberhasilan dilihat dari terobosan cara membangun dan meyakinkan pasar, cara menyiapkan diri dan membangun rasa percaya diri untuk menjadi pemain global, besarnya resiko yang diambil, inovasi dan kreatifitas, dan besarnya imbalan.
Untuk itu kisah merintis profesi sebagai entrepreneur geosains ini, ingin saya bagikan kepada teman-teman seprofesi untuk menambah jumlah pemain global dari Indonesia dan menjadikan profesional Indonesia diperhitungkan di pasar internasional.
Sedikit banyak pengalaman ini juga dapat memberi insipirasi atau contoh ke generasi muda bahwa saya telah membuat sesuatunya menjadi mungkin (possible).
Untuk kedepannya, saya masih bercita-cita untuk mengajak rekan seprofesi yang lain yang sudah banyak menimba pengalaman di luar negeri untuk minta kepada pemerintah Indonesia untuk memberi kesempatan kepada kita untuk menerapkan pengalaman terbaik (best practices) yang pernah kita dapat melalui sebuah kerjasama yang menarik dan saling menguntungkan semua pihak. Hal ini juga untuk membuktikan bahwa sebenarnya tidak pernah terjadi fenomena ‘brain drain’ pada saat banyak professional Indonesia pindah dan bekerja diluar negeri, tapi yang terjadi adalah fenomena ‘brain gain’, yaitu kembalinya keahlian dan pengetahuan setelah melampaui proses ujian dan kristalisasi.
Akan tetapi yang lebih penting dari semua itu, bahwa disetiap perjalanan waktu, ataupun setiap usaha dan perubahan yang kita buat harus membuat hidup kita semakin baik, bermanfaat buat sesama, lebih bahagia dan rewarding.
Â
DAFTAR PUSTAKA
- Heebøll, John (2007). “Knowledge based Entrepreneurshipâ€, DTU 42435, DTU 42705, Copenhagen University SCIENCE and KU-HUM/DTU Summerschool.
- Roberts, Kevin (2005). “Lovemarks: The Future Beyonds Brandsâ€, PowerHouse Books; Revised Edition edition, Pensynvanian State University, Pensylvania, USA.
- Sharma, Robin (2006). The Greatness Guide. Jaico Publishing House A-2 Jash Chambers, 7-A Sir Phirozshah Mehta Road Fort, Mumbai - 400 001
- Shane, S. (2000), “Prior Knowledge and the Discovery of Entrepreneurial Opportunitiesâ€, Organization Science, Vol. 11, 448-46
Â
Comments