Percepatan Inovasi Sebagai Strategi Kunci Untuk Memperkuat Posisi Indonesia di Asia Tenggara

28 Dec 2016 09:11 13600 Hits 0 Comments Approved by Brain Gain
beberapa strategi terkait dengan penjagaan kestabilan faktor pengganggu, dan pengelolaan sumber daya manusia, sumber daya alam dan investasi, perlu dilakukan.

ABSTRAK

Indonesia kini telah berumur 71 tahun semenjak merdeka. Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita Indonesia, pernah mencapai USD 591 pada tahun 1961. Berdasarkan jumlah penduduk, sumber daya alam dan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada masa orde lama dan orde baru, Indonesia diprediksi dapat menjadi negara maju pada tahun 2025 bila pertumbuhan PDB per Kapita adalah rata-rata 5%.  Program swasembada pangan dan cinta produk Indonesia pada era orde baru, merupakan upaya yang tepat untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk asing, sehingga impak krisis ekonomi global seharusnya dapat ditekan serendah mungkin.Tetapi kini rakyat Indonesia harus merasakan akibat dari tidak optimalnya pengelolaan anggaran negara di masa lalu, yang menyebabkan kemunduran 20 tahun dari target sebelumnya. Salah satu penyebab kondisi ini adalah kurang optimalnya pemerintah dalam mengelola inovasi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia dari produk impor. Ironisnya saat ini rasio anggaran inovasi terhadap PDB merupakan yang terendah di 6 negara besar anggota ASEAN. Untuk mengetahui impak inovasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sebuah model sistem ekonomi berbasis inovasi telah dikembangkan. Model ini mengikutsertakan 4 komponen utama penggerak ekonomi yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, investasi dan inovasi. Proyeksi pasar Indonesia dan tiga sektor penyumbang PDB yaitu pertanian, industri dan jasa, juga dijadikan bagian dalam sistem ekonomi Indonesia. Dalam model ini kondisi ekonomi di negara maju dijadikan referensi.   Faktor-faktor penganggu kestabilan pertumbuhan ekonomi termasuk kondisi keamanan, politik, hubungan internasional, ekonomi global dan bencana alam, diasumsikan dalam kondisi yang stabil. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan dana inovasi yang konstan sebesar 0.09 % dari PDB, Indonesia di prediksi akan mencapai PDB perkapita USD 15000 paling cepat pada tahun 2045, jika pertumbuhan ekonomi rata-rata 5% pertahun. PDB perkapita ini bisa dicapai pada tahun 2035 jika rasio dana inovasi dapat ditingkatkan menjadi 2% dalam kurun waktu 5 tahun. Untuk mendukung proses percepatan ini, beberapa strategi terkait dengan penjagaan kestabilan faktor pengganggu, dan pengelolaan sumber daya manusia, sumber daya alam dan investasi, perlu dilakukan. Dengan cara ini, Indonesia akan menjadi negara mandiri dan mempunyai posisi terkuat di Asia Tenggara pada tahun 2035.

Kata kunci: Inovasi, Pertumbuhan Ekonomi, Indonesia, ASEAN

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita kelima tertinggi di Asia Tenggara setelah Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand. PDB Indonesia pada tahun 2015 adalah 38% dari PDB seluruh negara anggota ASEAN. Indonesia memiliki 40% jumlah penduduk ASEAN. Pertumbuhan  PDB Indonesia adalah yang tertinggi kelima setelah Laos, Kamboja, Philipina dan Thailand. 

Pada tahun 1961 PDB per Kapita Indonesia adalah USD 591, kemudian mencapai USD 1158 pada tahun tahun 1981 dan berada pada posisi USD 2433 pada tahun 1997 sebelum krisis ekonomi global. Bila pertumbuhan Pertumbuhan PDB per Kapita dapat dijaga stabil 5% sejak tahun 1961, maka Indonesia berpotensi menjadi negara maju pada tahun 2025. Menurut Bank Dunia, batas bawah PDB per Kapita untuk negara maju (berpendapatan tinggi) adalah USD 12305 (pada tahun 2015), dan menjadi USD 15000 pada tahun 2035 (karena inflasi). Berdasarkan hal ini, bila pertumbuhan Pertumbuhan PDB per Kapita Indonesia dapat dijaga stabil 5% sejak tahun 1997, maka Indonesia akan menjadi negara maju pada tahun 2035. Namun karena ketidakstabilan politik pada tahun 1965, kemudian krisis ekonomi global pada tahun 1997, dengan pertumbuhan Pertumbuhan PDB per Kapita rata-rata 5% sejak tahun 2015, maka Indonesia mungkin menjadi negara maju paling cepat pada tahun 2045. 

Perbandingan pertumbuhan GDP per Kapita Indonesia dan Malaysia serta Indonesia dan China dapat dilihat dalam gambar-1 dan gambar-2. Saat ini Malaysia mempunyai GDP per Kapita dikisaran USD 11000, atau sekitar 3 kali GDP Indonesia. Dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5%, Malaysia berpotensi menjadi negara maju pada tahun 2020. Jika kita lihat pertumbuhan GDP per Kapita Malaysia sejak tahun 1960 hingga saat ini, kondisi Indonesia masih lebih stabil dibanding dengan kondisi Malaysia, hal ini karena pasar domestik Indonesia yang cukup besar. Meskipun demikian, karena krisis ekonomi Indonesia tahun 1997, PDB perkapita Indonesia, jatuh cukup drastis. Kejatuhan ini karena adanya ketergantungan Indonesia terhadap produk-produk asing, sehingga dengan jatuhnya rupiah, Indonesia tidak mampu membeli produk-produk asing seperti tahun sebelumnya. 

 

Gambar-1 Pertumbuhan PDB Per Kapita Indonesia dan Malaysia dari tahun 1960 s/d 2014 [Sumber: Bank Dunia]

Gambar-2 Pertumbuhan PDB Per Kapita Indonesia dan China dari tahun 1960 s/d 2014 [Sumber: Bank Dunia]

 

Sementara itu, dari gambar -2 kita dapat melihat bahwa pertumbuhan PDB per Kapita China sejak tahun 1960 hingga sekarang sangat stabil. Krisis ekonomi 1997 tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap PDB per Kapita. Dari tahun 1960 hingga 1990-an, PDB per Kapita China tumbuh dengan dengan stabil rata-rata 5 s/d 7 %. Kestabilan ini dapat terjadi karena kondisi politik negara yang stabil, jumlah pasar yang besar dan jumlah sumber daya yang besar. Pada tahun 2000 hingga saat ini, PDB per Kapita China tumbuh stabil rata-rata 9 s/d 10 %. Ini merupakan hasil kebijakan inovasi pemerintah China sejak tahun 1990-an yang meningkatkan anggaran inovasi yang kini mencapai 2.1% dari PDB.

 Sejarah pernah membuktikan bahwa Indonesia juga pernah mencapai pertumbuhan PDB per Kapita sebesar 9.1%. Jika pertumbuhan PDB per Kapita saat ini dapat ditingkatkan menjadi 7.7% maka Indonesia diprediksi dapat menjadi negara maju pada tahun 2035.

 PDB merupakan akumulasi ekonomi dari 4 pilar utama yaitu Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), Investasi dan Inovasi. Di negara maju atau negara yang memiliki GDP per kapita melebihi USD 12305, Inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan. Inovasi di negara-negara tersebut berhasil menjadikan negara tersebut memiliki pendapatan yang tinggi dari Jasa, dan ketergantungan terhadap SDA sangat rendah. Jepang, Singapura dan Jerman, merupakan negara-negara yang memiliki PDB dari sumber daya alam mendekati 0%. Negara dengan Inovasi tinggi seperti Singapura, Jepang, Jerman dan Amerika mempunyai PDB dari jasa melebihi 70%. Faktor penyumbang PDB di beberapa negara ASEAN termasuk Indonesia dan beberapa negara maju pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel-1.

 

Tabel-1 Faktor Penyumbang PDB di beberapa negara anggota ASEAN dan maju pada tahun 2014 [Sumber: Bank Dunia] 

Perbaikan dalam bidang hukum dan efisiensi pemerintahan, pembangunan infrastruktur dan pembangunan SDM merupakan langkah yang tepat dilaksanakan oleh pemerintah sekarang ini. Kita juga berharap kestabilan politik, keamanan dan hubungan Internasional juga dapat dijaga dengan baik. Yang masih harus dilakukan sekarang adalah pengelolaan SDA dan Inovasi secara baik. SDA perlu dijaga untuk menjamin keberlangsungan kehidupan anak cucu kita di masa datang dan keseimbangan alam sekitar. Sedangkan inovasi perlu ditingkatkan untuk mengelola SDA guna memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia, hingga setidak-tidaknya mencukupi 500 tahun kedepan, sebelum sumber daya alam pengganti ditemukan.

Namun ironisnya banyak pemimpin Indonesia masih belum faham akan pengaruh inovasi bagi pertumbuhan ekonomi di masa datang. Ini dibuktikan dengan anggaran penelitian yang masih kurang dari 0.1% dari PDB. Mereka masih menganggap bahwa penelitian adalah pembuangan anggaran negara dan tidak mempunyai dampak bagi kemajuan Indonesia. Adalah tidak mengejutkan jika hasil survei indeks inovasi global 2016 mengeluarkan hasil bahwa Indonesia  berada pada urutan ke 88 dari 128 negara. Indonesia bahkan dibawah Kamboja dalam hal publikasi dan pekerja berpendidikan. Hasil survei indeks inovasi global 2016 secara detail untuk beberapa negara Asia Tenggara dan negara maju dapat dilihat dalam tabel-2.  

Dalam makalah ini penulis mendefinisikan bahwa inovasi adalah sebuah proses untuk mentransformasi ide atau gagasan menjadi barang atau jasa yang dapat menyumbang kepada PDB negara. Dalam konteks ini, penelitian, pengembangan dan pre-komersialisasi merupakan bagian dari inovasi. Kebijakan dan teknologi baru yang mampu menumbang kepada PDB negara adalah bagian dari inovasi. Sedangkan percepatan inovasi adalah usaha untuk menaikkan jumlah kegiatan inovasi secara signifikan. Ini termasuk peningkatan dana penelitian, pengembangan dan pre-komersialisasi. 

Tabel-2 Ranking Indeks Inovasi Global 2016 beberapa negara ASEAN dan negara maju  (dari 128 negara) [Sumber: https://www.globalinnovationindex.org/gii-2016-report#] 

Hasil survei ini menunjukkan bahwa Indonesia sekarang ini berada dalam kondisi darurat inovasi. Ini dilihat dari kualitas kebijakan, kemudahan memulai bisnis, anggaran pendidikan dan penelitian yang rendah, penggunaan teknologi informasi, pekerja berpendidikan, aplikasi paten dan publikasi, yang berada diposisi hampir paling bawah.

Untuk mengetahui secara kuantitatif impak kebijakan inovasi pemerintah saat ini terhadap masa depan pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta mengetahui kebijakan inovasi yang tepat untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka sebuah model sistem ekonomi berbasis inovasi akan didiskusikan dalam makalah ini.

Hasil simulasi model ini sangat penting bagi para pembuat regulasi dan pengambil keputusan untuk merumuskan strategi yang tepat bagi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ini terutama berkaitan dengan jumlah anggaran pendidikan, jumlah anggaran inovasi termasuk anggaran penelitian dan pre-komersialisasi. Data mulai tahun 1960 hingga 2016 dari Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik Indonesia digunakan sebagai input simulasi model yang dikembangkan. Output dari model ini adalah proyeksi pertumbuhan PDB per Kapita dari tahun 2017 hingga 2035 dan parameter lainnya yang berkaitan dengan strategi peningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi.  

Tags

About The Author

Eko Supriyanto 19
Pensil

Eko Supriyanto

Eko Supriyanto adalah guru besar di Universitas Teknologi Malaysia (UTM) dan Universitas Teknologi Ilmenau Jerman (TUIL). Saat ini beliau adalah Direktur Pusat Penelitian Jantung Negara Malaysia, Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan Indonesia, dan Peneliti Utama di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Beliau juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Kerja Nasional, Komersialisasi Teknologi Indonesia, di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, serta Direktur Pusat Studi Pembangunan Nusantara (ASEAN), yang berkedudukan di 7 negara ASEAN
Brain Gain adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Eko Supriyanto

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login